Rabu, 18 Maret 2015

Proses Pembuatan Susu Bubuk



PROSES PRODUKSI SUSU BUBUK

Prinsip pembuatan susu bubuk adalah mengurangi kadar air yang terdapat dalam susu sampai batas tertentu dengan tujuan agar daya simpan susu ini menjadi lebih lama. Pengurangan kadar air berarti pula penurunan aktivitas air dalam susu. Dengan menurunnya nilai Aw (water activity) maka pertumbuhan organisme dapat terhambat.
Standarisasi
Standarisasi adalah salah satu tahap pengolahan susu segar yang bertujuan untuk mendapatkan bahan baku yang baik dan siap diproses. Hal ini dilakukan agar komposisi susu seperti lemak, protein, dan gula sesuai formulasi dan menjaga keseragaman produk.
Pasteurisasi dan Separasi
Pasterurisasi adalah proses untuk membunuh bakteri patogen dalam susu dengan cara pemanasan, sedangkan separasi dalam hal ini bertujuan untuk memisahkan cream dan skim susu serta kotoran yang terkandung dalam susu.
Pengentalan (Evaporasi)
Proses evaporasi bertujuan untuk meningkatkan persentase total solid susu dengan cara menguapkan sebagian kandungan air dalam susu. Penguapan ini dimungkinkan dengan menggunakan steam suhu tinggi.
Pencampuran
Pada proses pencampuran semua bahan baku dan bahan tambahan dicampur menjadi menjadi satu dalam sebuah tanki pencampuran. Susu yang telah dievaporasi dialirkan dari tanki penyimpanan susu evaporasi ke tanki pencampur. Sebelum di alirkan, susu evaporasi dipanaskan pada alat plate heat exchager hingga mencapai suhu 55-60°C.
Homogenisasi
Proses dari homogenisasi menurunkan atau memperkecil ukuran globula lemak menjadi sekitar 2 mikron atau kurang dan meningkatkan area permukaan globula lemak sekitar 6 kali sehingga sistem emulsi lemak susu menjadi stabil.
Pengeringan
Proses pengeringan merupakan inti dari keseluruhan proses pembuatan susu bubuk, dimana pada proses ini terjadi perubahan bentuk susu dari bentuk cair ke bubuk. Konsentrat susu yang di umpankan ke spray dryer di semprotkan melalui lubang nozzle. Proses terjadinya susu bubuk melalui pengeringan secara semprot ini dilakukan dengan tahap. Tahap pertama adalah penyebaran konsentrat dalam bentuk tetesan-tetesan halus dengan menggunakan nozzle. Tahap kedua adalah dengan menguapkan kandungan air dari partikel yang terbentuk dengan mengalirkan udara panas yang kering.
Pengemasan (filling)
Setelah proses pengeringan, selanjutnya susu bubuk slap untuk dikemas (filling).
Pengujian kualitas susu
Pengujian kualitas susu segar sangat penting dilakukan, hal ini untuk menjaga agar produk susu bubuk yang dihasilkan tetap terjaga baik dan berada pada spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan. Beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas susu
1. Uji organoleptik
2. Uji alkohol
3. Berat jenis
4. Uji pH
5. Uji Resazurin
6. Kadar lemak
7. Uji keasaman
8. Uji temperatur dan titik beku susu
PROSES PRODUKSI SUSU BUBUK

Prinsip pembuatan susu bubuk adalah mengurangi kadar air yang terdapat dalam susu sampai batas tertentu dengan tujuan agar daya simpan susu ini menjadi lebih lama. Pengurangan kadar air berarti pula penurunan aktivitas air dalam susu. Dengan menurunnya nilai Aw (water activity) maka pertumbuhan organisme dapat terhambat.

Standarisasi
Standarisasi adalah salah satu tahap pengolahan susu segar yang bertujuan untuk mendapatkan bahan baku yang baik dan siap diproses. Hal ini dilakukan agar komposisi susu seperti lemak, protein, dan gula sesuai formulasi dan menjaga keseragaman produk.

Pasteurisasi dan Separasi
Pasterurisasi adalah proses untuk membunuh bakteri patogen dalam susu dengan cara pemanasan, sedangkan separasi dalam hal ini bertujuan untuk memisahkan cream dan skim susu serta kotoran yang terkandung dalam susu.

Pengentalan (Evaporasi)
Proses evaporasi bertujuan untuk meningkatkan persentase total solid susu dengan cara menguapkan sebagian kandungan air dalam susu. Penguapan ini dimungkinkan dengan menggunakan steam suhu tinggi.

Pencampuran
Pada proses pencampuran semua bahan baku dan bahan tambahan dicampur menjadi menjadi satu dalam sebuah tanki pencampuran. Susu yang telah dievaporasi dialirkan dari tanki penyimpanan susu evaporasi ke tanki pencampur. Sebelum di alirkan, susu evaporasi dipanaskan pada alat plate heat exchager hingga mencapai suhu 55-60°C.

Homogenisasi
Proses dari homogenisasi menurunkan atau memperkecil ukuran globula lemak menjadi sekitar 2 mikron atau kurang dan meningkatkan area permukaan globula lemak sekitar 6 kali sehingga sistem emulsi lemak susu menjadi stabil.

Pengeringan
Proses pengeringan merupakan inti dari keseluruhan proses pembuatan susu bubuk, dimana pada proses ini terjadi perubahan bentuk susu dari bentuk cair ke bubuk. Konsentrat susu yang di umpankan ke spray dryer di semprotkan melalui lubang nozzle. Proses terjadinya susu bubuk melalui pengeringan secara semprot ini dilakukan dengan tahap. Tahap pertama adalah penyebaran konsentrat dalam bentuk tetesan-tetesan halus dengan menggunakan nozzle. Tahap kedua adalah dengan menguapkan kandungan air dari partikel yang terbentuk dengan mengalirkan udara panas yang kering.

Pengemasan (filling)
Setelah proses pengeringan, selanjutnya susu bubuk slap untuk dikemas (filling).

Pengujian kualitas susu
Pengujian kualitas susu segar sangat penting dilakukan, hal ini untuk menjaga agar produk susu bubuk yang dihasilkan tetap terjaga baik dan berada pada spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan. Beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas susu
1. Uji organoleptik
2. Uji alkohol
3. Berat jenis
4. Uji pH
5. Uji Resazurin
6. Kadar lemak
7. Uji keasaman
8. Uji temperatur dan titik beku susu

Proses Pembuatan Gelas

Sebenernya bahan baku pembuatan gelas itu ada 3 jenis yang masing-masing punya peranan pada kualitas dan hasil akhir dari produk gelas secara keseluruhan. Ketiga bagian itu yaitu :
1. Bahan pembentuk gelas. Bahan baku jenis ini terdiri dari :
a. pasir kuarsa/silika dengan kemurnian SiO2 99.1 – 99.7%
b. sodium karbonat/soda abu (Na2CO3)
c. asam borat/borax
d. phosfor pentaoksida
e. dolomit (CaCO3.MgCO3)
f. feldspar, dengan rumus molekul R2O.Al2O3.6SiO2 di mana R2O mewakili Na2O atau K2O atau gabungan keduanya.
g. cullet, yaitu pecahan-pecahan kaca atau kaca yang asalnya dari produk yang gak lolos quality control. Cullet fungsinya buat nurunin temperatur leleh dari bahan baku. Cullet yang dipake biasanya 25% dari total bahan baku.

2. Bahan stabiliser, yaitu bahan yang bisa menurunkan kelarutan di dalam air, tahan sama serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi lain yang ada di atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipake di industri gelas adalah :
a. kalsium karbonat, bikin produk akhir jadi gak larut di dalam air.
b. barium karbonat, ningkatin berat spesifik dan indeks bias.
c. timbal oksida, bikin produk jadi transparan, mengkilat, dan punya indeks bias yang high.
d. seng oksida, bikin gelas tahan sama panas yang mendadak, ngebenerin sifat-sifat fisik dan mekanik, dan ningkatin indeks bias.
e. aluminium oksida, ningkatin viskositas gelas, kekuatan fisik, dan ketahahan terhadap bahan kimia.

3. Komponen sekunder, antara laen adalah :
a. Refining agent, ngilangin gelembung-gelembung gas pas pelelehan bahan baku. Bahan yang biasa dipake sebagai refining agent pada industri gelas adalah sodium nitrat dan sodium sulfat atawa arsen oksida (As2O3).
b. Penghilang warna (decolorant), ngilangin warna yang biasanya diakibatin oleh kehadiran senyawa besi oksida yang masuk barengan bahan baku. Bahan penghilang warna yang dipake adalah mangan dioksida (MnO2), logam selenium (Se), ato nikel oksida (NiO).
c. Pewarna (colorant), dipake buat bikin gelas khusus sesuai ama warna yang diinginkan.
a. Opacifiers. Bahan yang dipake jadi opacifier adalah fluorite (CaF2), kriolit (Na3AlF6), sodium fluorosilika (Na2SiF6), timah phospat, seng phospat (Zn3(PO4)2), dan kalsium phospat (Ca3(PO4)2).

Proses pembuatan gelas
Proses pembuatan gelas di industri tahap-tahapnya sebagai berikut:
1. Persiapan bahan baku (batching)
Pada tahap ini dilakukan penggilingan, pengayakan bahan baku dan pemisahan dari pengotor-pengotornya. Serbuk bahan baku ditimbang sesuai komposisi, termasuk bahan-bahan aditif lain yang diperluin kayak zat pewarna atau zat-zat sesuai dengan produk kaca yang dipinginin. Pengadukan campuran bahan baku di dalem suatu mixer dilakukan biar campuran jadi homogen sebelum dicairin.

2. Pencairan (melting/fusing)
Bahan baku yang udah homogen, diayak dulu sebelum dimasukkin ke dalem tungku (furnace) yang suhunya sekitar 1500oC sampe campuran mau cair. Selama proses pencairan, masing-masing bahan baku akan saling berinteraksi ngebentuk reaksi-reaksi kimia yang rumit berikut ini :
Reaksi-reaksi penguraian :
Na2SO3
à Na2O + CO2 ….. (1)
CaCO3
à CaO + CO2 ….. (2)
Na2SO4
à Na2O + SO2 ….. (3)
MgCO3.CaCO3
à MgO + CaO + 2CO2 ….. (4)
Reaksi antara SiO2 dengan Na2CO3 pada suhu 630 – 780oC
Na2CO3 + aSiO2
à Na2O.aSiO2 + CO2 ….. (5)
Reaksi antara SiO2 dengan CaCO3 pada suhu 600oC
CaCO3 + bSiO2
à CaO.bSiO2 + CO2 ….. (6)
Reaksi antara CaCO3 dengan Na2CO3 pada suhu di bawah 600oC
CaCO3 + Na2CO3
à Na2Ca(CO3)2 ….. (7)
Reaksi antara Na2SO4 dengan SiO2 pada suhu 884oC
Na2SO4 + nSiO2
à NaO.nSiO2 + SO2 + 0.5O2 ….. (8)
Reaksi utama
aSiO2 + bNa2O + cCaO + dMgO
à aSiO2.bNa2O.cCaO.dMgO ….. (9)
leburan kaca

Tungku sebagai tempat mencairkan campuran bahan baku kaca, dibagi jadi 3 jenis, yaitu:
a. Pot furnace, biasanya dipake buat ngasilin kaca-kaca khusus (special glass) kayak kaca seni, kaca optik dengan skala produksi yang kecil sekitar 2 ton atau lebih rendah. Pot dibikin dari bata silica-alumina (lempung) khusus atau platina.
b. Tank furnace, dipake di industri gelas skala besar dan dibikin dari bata refraktori (bata tahan panas). Furnace ini bisa nampung sekitar 1350 ton cairan gelas yang ngebentuk kolam di jantung furnace.
c. Regenerative furnace

3. Pembentukan (forming/shaping)
Bahan kaca yang bentuknya cair lalu dialirin ke dalem alat-alat yang fungsinya buat membentuk kaca padat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa jenis proses pembentukkan kaca, di antaranya adalah :
a. Proses Fourcault.
Bahan cair dialirin secara vertikal ke atas melalui bagian yang dinamakan "debiteuse". Bagian ini ngapung di permukaan kaca cair dengan celah sesuai dengan ketebalan kaca yang diinginkan. Di atas debiteuse ada bagian sirkulasi air pendingin yang akan ngedinginin kaca sampe 650 – 670oC. Pas suhu tersebut kaca berubah jadi pelat padat dan akan bergerak dengan didukung oleh roda pemutar (roller) yang narik kaca itu ke atas.
b. Proses Colburn (Libbey-Owens)
Jika proses Fourcault , gerakan kaca berlangsung secara vertikal, maka pada proses Colburn kaca akan bergerak secara vertical truz diikuti gerakan horizontal setelah ngelewatin roda-roda penjepit yang ngebentuk leburan gelas jadi lembaran-lembaran.
c. Proses Pilkington (float process)
Bahan cair dialirin ke dalem kolam yang isinya cairan timah (Sn) panas. Kecepatan aliran bahan cair ini merupakan pengatur tebal tipisnya kaca lembaran yang mo diproses. Kaca bakalan ngapung di atas cairan timah karena beda densitas di antara keduanya. Kaca ini tetep berupa cairan dengan pasokan panas yang asalnya dari pembakar di bagian atas kolam. Pengendalian temperatur di dalem kolam dilakukan agar kaca tetep rata di kedua sisinya serta pararel. Bahan yang biasanya dipake buat keperluan ini adalah gas nitrogen murni. Selanjutnya, aliran kaca nglewatin daerah pendinginan (masih di dalam kolam) dan keluar dalam bentuk kaca lembaran bersuhu ±600oC.

Proses a – c di atas dikenal dengan proses mekanik.

d. Proses tiup (blow)
Proses ini dipake buat bikin botol kaca, gelas kemasan, atau aneka bentuk kaca seni lainnya

1. Annealing
Fungsi tahapan ini adalah buat nyegah timbulnya tegangan-tegangan antar molekul pada kaca yang gak merata sehingga bisa nimbulin kepecahan. Proses annealing kaca terdiri dari 2 aktivitas, yaitu :
(1) nahan kaca dengan waktu yang cukup di atas temperatur kritik tertentu buat nurunin regangan internal
(2) ndinginin kaca sampe temperatur ruang secara perlahan-lahan buat nahan regangan sampe titik maksimumnya.
Proses ini berlangsung di "annealing lehr". Untuk jenis kaca lembaran, annealing lehr dilewati oleh kaca-kaca yang bergerak di atas roda berjalan.

2. Finishing dan pengendalian kualitas (Quality Control)
Beberapa proses penyelesaian akhir di industri gelas adalah cleaning and polishing, cutting, enameling, dan grading.

Perbedaan Susu UHT, Skim, dan Formula



Beda Susu UHT, Skim, dan Formula

Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah susu yang disterilisasi dengan suhu tinggi (135 -145 derajat Celsius) dalam waktu yang singkat selama 2-5 detik. Pemanasan dengan suhu tinggi ini bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisma (baik bakteri pembusuk maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah seperti susu segar. Kesegaran susu akan terasa nikmat jika segera diminum, terlebih jika disimpan dalam lemari pendingin.

Sedangkan susu skim adalah susu bubuk tanpa lemak yang dibuat dengan cara pengeringan atau spray dryer untuk menghilangkan sebagian air dan lemak tetapi masih mengandung laktosa, protein, mineral, vitamin yang larut lemak, dan vitamin yang larut air (B12).

Susu formula yang dijual pada umumnya adalah susu yang diproses dari susu sapi segar baik dengan atau tanpa tambahan zat lain seperti lemak atau protein yang kemudian dikeringkan.
Susu Bubuk atau Susu Cair?



Susu bubuk memiliki daya simpan yang jauh lebih lama dari susu cair, bahkan bisa mencapai 1 tahun, dan tidak perlu disimpan dalam lemari es.
Karena sudah melalui tahapan proses yang cukup panjang, antara lain evaporasi, homogenisasi dan pengeringan (spray drying atau freeze drying), kandungan nilai gizi yang terdapat dalam susu bubuk lebih rendah dari susu cair segar.  Sebagai usaha untuk ‘mengembalikan’ kadar nilai gizinya agar menyamai gizi susu cair segar, seringkali susu bubuk ditambahi dengan bahan-bahan lain, misalnya vitamin.
Susu cair yang banyak dijumpai di pasaran, umumnya adalah susu pasteurisasi dan susu UHT.  Kedua jenis susu cair ini telah melalui proses pengawetan untuk memperpanjang umur simpannya.  Tapi perlakuan untuk pengawetan tersebut hanya melibatkan panas dan tidak ada zat pengawet, sehingga susu yang telah melalui proses tersebut masih tergolong ‘fresh’.  Artinya, nilai gizi susu pasteurisasi maupun susu UHT relatif masih asli.  Kalaupun ada penurunan, perbedaannya dengan nilai gizi dari susu cair mentah tidak signifikan.

Pasteurisasi dan UHT:  Apa Perbedaannya?
Pada prinsipnya, perlakuan kedua proses tersebut adalah sama, yaitu pemanasan.  Perbedaan pasteurisasi dengan proses UHT terletak pada suhu dan lamanya perlakuan.

Pasteurisasi (yang dinamakan sesuai dengan penemunya, Louis Pasteur) adalah suatu proses memanaskan produk (dalam hal ini, susu) dibawah titik didihnya, dengan tujuan untuk membunuh semua mikroorganisme pathogen.  Selain membuat susu menjadi aman dikonsumsi manusia, pasteurisasi juga akan memperpanjang umur simpan dari susu karena sebagian bakteri perusak/pembusuk susu juga mati.  Pasteurisasi susu dapat dilakukan secara LTLT (Low Temperature, Long Time) maupun HTST (High Temperature, Short Time).  Pasteurisasi LTLT artinya, susu dipanaskan pada suhu 63 oC selama 30 menit.  Sedangkan pasteurisasi HTST adalah memanaskan susu pada 72 oC selama 16 detik, setelah itu susu didinginkan hingga 4 oC.

Susu pasteurisasi dapat bertahan selama 12 sampai 16 hari dari tanggal atau hari pemrosesan, jika disimpan pada suhu yang ideal, yaitu 3o – 6 oC.  Karenanya, susu pasteurisasi harus disimpan dalam lemari es.  Sebagai catatan, umur simpan selama itu (sampai 16 hari) hanya untuk susu pasteurisasi yang belum dibuka.  Setelah kemasan dibuka, susu harus segera dihabiskan.

Pasteurisasi efektif membunuh bakteri-bakteri yang berpotensi patogenik di dalam susu.  Namun proses ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora bakteri yang bersifat termoresisten alias tahan terhadap suhu tinggi.

Proses UHT (Ultra High Temperature) adalah sterilisasi parsial yang diterapkan pada produk-produk pangan, termasuk susu, untuk melenyapkan semua bakteri pembusuk maupun pathogen berikut sporanya.  Dalam proses ini, susu dipanaskan pada suhu tinggi yang melampaui titik didihnya (minimal 135 oC) selama 2 hingga 5 detik, dan selanjutnya susu dikemas dalam kemasan yang aseptik.

Umur simpan susu UHT ini jauh lebih panjang dari susu pasteurisasi, bisa tahan selama 6 bulan tanpa refrigerasi (pendinginan).  Tetapi ini hanya berlaku untuk susu UHT yang kemasannya belum dibuka.  Begitu kemasannya dibuka, susu UHT akan mudah terkontaminasi dengan bakteri pembusuk.  Oleh karena itu, setelah dibuka susu harus disimpan di dalam refrigerator/lemari es (suhu 3-5 oC) dan sebaiknya segera habiskan dalam jangka waktu 7 sampai 10 hari.  Selain umur simpan, perbedaan antara susu pasteurisasi dengan susu UHT terletak pada rasa.  Susu UHT memiliki cita rasa yang lebih ‘matang’ dari susu pasteurisasi.

Manfaat Teknologi Informasi dan Perkembangannya



Manfaat Teknologi Informasi Dan Perkembangannya

Sejarah
• Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja.
• Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh.
• Kemudian ditemukan alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka.
• Dan saat ini, teknologi informasi yang ada adalah teknologi elektronik seperti radio, tv, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.
Pengertian
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data untuk menghasilkan informasi.
Teknologi informasi banyak berperan dalam bidang-bidang antara lain :
• Bidang Pendidikan
• Bidang Ekonomi
• Bidang Pemerintahan
MANFAAT DI BIDANG PENDIDIKAN
• E-Learning, berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning).
• Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan
• E-Library, Perpustakaan Digital
• Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Manfaat Di Bidang Ekonomi
• E-Banking, transaksi perbankan secara online.
• E-Commerce, perdagangan menggunakan jaringan komunikasi internet.
• Enterprice Resource Planning (ERP), aplikasi perangkat lunak yang mencakup sistem manajemen dalam perusahaan.
Manfaat Dalam Bidang Pemerintahan
• E-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti:
1. G2C (Governmet to Citizen)
2. G2B (Government to Business)
3. G2G (Government to Government)
Undang-undang Mengenai Tekhologi Informasi UU ITE
UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
termuat pada pasal 27-37, sedangkan Ketentan Pidana pada pasal 45-52. Pidana dapat berupa pidana penjara dan atau denda.
Dampak Perkembangan Tekhnologi Informasi
Dampak Positif :
1. Lebih cepat, pertukaran informasi lebih cepat hanya dalam hitungan detik
2. Lebih efisien
3. Lebih luas sebarannya, dapat mencakup seluruh penjuru dunia
4. Lebih lama penyimpanannya, dapat disimpan dalam bentuk cd, flashdisk atau hardisk. Dan tidak menghabiskan tempat
5. Hemat biaya, mengurangi penggunaan kertas dan jasa pengiriman dokumen
 Dampak Negatif :
1. Kesempatan Kerja Makin Sempit
2. Berubahnya pola industrialisasi dunia
3. Tekanan-tekanan ekonomi dari negara maju
4. Penyalahgunaan seperti pornografi, pembajakan, atau perjudian.

Strategi Menilai Manfaat Teknologi



Strategi Menilai Manfaat Teknologi Informasi

Manfaat yang diperoleh oleh organisasi atau perusahaan yang menerapkan teknologi informasi sifatnya berbeda-beda satu dan lainnya. Memperkirakan atau menilai manfaat ini adalah merupakan seni tersendiri karena harus dilakukan dengan cara memperhatikan konteks yang lebih besar, terutama terkait dengan organisasi dimana teknologi tersebut berada. Meta Group menegaskan kembali konsep penilaian ini dengan istilah IT Value Management (Fisher, 2000). Menurutnya, terdapat 6 (enam) langkah strategi yang harus dilakukan oleh manajemen di dalam usahanya untuk menentukan atau menilai manfaat yang akan diperoleh dengan diimplementasikannya aplikasi teknologi informasi.

LANGKAH 1: ESTABLISH IT’S ROLE IN CREATING BENEFITS
Setiap individu dapat memandang teknologi informasi secara berbeda, tergantung dari kacamata atau perspektifnya masing-masing. Pimpinan perusahaan dalam hal ini harus memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan peranan teknologi informasi yang spesifik bagi perusahaannya dengan cara menekankan kepada segenap manajemen dan karyawan perusahaannya akan posisi teknologi informasi yang dimaksud di dalam kerangka usaha yang ada. Dengan cara demikianlah maka akan didapat kesatuan pandangan akan manfaat teknologi informasi yang akan dan diharapkan diperoleh dengan keberadaannya di perusahaan.

Sejumlah teori mengatakan bahwa karakteristik industri dimana perusahaan itu berada akan sangat mempengaruhi tipe peran teknologi informasi dalam memberikan manfaatnya. Lihatlah beberapa contoh teori yang kerap dipergunakan sebagai berikut:
• Teori Tallon yang membagi peranan teknologi informasi berdasarkan aspek Strategic Positioning dan Operational Effectiveness sehingga didapatkanlah tipe-tipe peran yaitu: Dual Focus, Operations Focus, Market Focus, dan Unfocused.
• Teori Warren McFarlan yang mengklasifikasikan teknologi informasi berdasarkan aspek Business Fuctionality Dependent Upon IT dan aspek IT Development for Competitive Advantage sehingga terdapatlah empat tipe peranan yaitu masing-masing: Stratetic, Turnaround, Factory, dan Support.
• Teori Accounting Practices yang secara gambling membagi hakekat teknologi informasi menjadi empat jenis besar yaitu: Cost Center, Profit Center, Investment Center, dan Service Center.

Inti dari langkah ini adalah adanya kesepakatan dan pemahaman bersama dari seluruh jajaran perusahaan bahwa keberadaan teknologi informasi adalah semata-mata untuk mendatangkan manfaat bisnis tertentu yang telah dicanangkan bersama.

LANGKAH 2: CLASSIFY BENEFITS WITHIN YOUR IT PORTFOLIO
Setiap perusahaan biasanya menerapkan lebih dari satu aplikasi teknologi informasi. Yang perlu dipahami adalah bahwa setiap jenis aplikasi memiliki hakekat manfaat yang berbeda satu dan lainnya. Terhadap masing-masing aplikasi yang berada pada portofolio aplikasi teknologi informasi tersebut, perlu dilakukan pemetaan terhadap peranan dan manfaatnya masing-masing. Ada beberapa sistem pembagian kategori yang dapat dilakukan. Contohnya adalah lima kateogri yang diperkenalkan oleh Weill dan Broadbent sebagai berikut:
• Strategic – memberikan manfaat dalam hal peningkatan daya saing;
• Informational – memberikan manfaat dalam hal meningkatkan fungsi kontrol dan pengambilan keputusan;
• Transactional – memberikan manfaat dalam hal pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas;
• Infrastructure – memberikan manfaat sebagai perangkat penunjang pengintegrasian proses bisnis dan utilisasi sumber daya usaha; dan
• Research and Development – memberikan manfaat untuk inovasi baru dalam bisnis.

Dengan melakukan klasifikasi terhadap manfaat tersebut maka perusahaan dapat melihat apakah mayoritas (atau perbandingan) aplikasi dengan proporsi terbesar sejalan dengan peranan teknologi informasi yang telah didefinisikan sebelumnya. Jika ya, berarti perusahaan telah secara tepat memposisikan keberadaan teknologi informasi dalam konteks bisnis yang berarti pula akan meningkatkan probabilitas keberhasilan pencapaian manfaat teknologi informasi. Jika tidak, perlu diadakan pengkajian ulang dengan melibatkan sejumlah pertimbangan-pertimbangan dan alasan-alasan tertentu.

LANGKAH 3: MAP IT BENEFITS ONTO BUSINESS STRATEGY
Setelah masing-masing manfaat tersebut teridentifikasi dan diklasifikasikan, maka langkah selanjutnya adalah mencari kaitan antara manfaat tersebut dengan strategi bisnis yang dimiliki perusahaan. Ada beberapa anchor atau titik kaitan yang dapat dipergunakan, misalnya adalah dengan menghubungkan manfaat tersebut dengan obyektif atau sasaran bisnis, critical success factors, key performance measures, key goal indicators, dan lain sebagainya. Dengan demikian maka akan jelas terlihat bahwa keberadaan teknologi informasi memang sejalan dengan strategis bisnis yang dianut. Contoh sejumlah business drivers yang dapat dipergunakan terkait dengan hal ini adalah kemampuan teknologi informasi di dalam hal-hal semacam:
• Memaksimalkan utilisasi aset dan sumber daya perusahaan;
• Memperbaiki kualitas tata kelola atau manajemen informasi;
• Memelihara dan menarik pelanggan baru bagi perusahaan;
• Meningkatkan mutu hubungan atau relasi dengan para mitra bisnis;
• Menarik, mengembangkan, serta menanamkan motivasi tinggi bagi karyawan;
• Menumbuhkan jangkauan serta ruang lingkup bisnis;
• Mengoptimalkan investasi infrastruktur;
• Mengakomodasi sejumlah persyaratan regulasi; dan
• Menambah value secara finansial.

Cara lain yang kerap dipergunakan oleh perusahaan adalah menghubungkan manfaat teknologi informasi dengan sejumlah konsep manajemen yang diimplementasikan perusahaan tersebut, seperti: value chain, balanced scorecard, ISO 9001:2000, sixth sigma, dan lain sebagainya.

LANGKAH 4: BUILD IT BENEFITS INTO PROJECT DEVELOPMENT
Manfaat dari teknologi informasi baru dapat dirasakan apabila perangkat teknologi tersebut benar-benar dibangun dan diterapkan. Mengingat bahwa hampir seluruh pengembangan teknologi informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis proyek, maka target tercapainya manfaat teknologi informasi tersebut harus benar-benar dipahami oleh segenap stakeholder langsung maupun tidak langsung dari seluruh proyek yang terdapat di perusahaan. Dalam hal ini, project manager dan project leader merupakan para individu yang paling bertanggung jawab untuk mempromosikan dan meyakinkan tercapainya manfaat teknologi informasi dalam setiap inisiatif proyek yang ada. Berdasarkan teori Integrated Project Management dan konsep Project Management Body of Knowledge, terdapat 4 (empat) tahap utama di dalam mengelola proyek yang perlu diperhatikan, terutama dalam kaitannya untuk mempertinggi tingkat keberhasilan proyek tersebut, yaitu:
• Tahap Preconditioning – yang pada dasarnya merupakan suatu penanaman pemahaman kepada seluruh stakeholder atau awareness mengapa sebuah proyek harus dilaksanakan;
• Tahap Project in Action – yang merupakan serangkaian proses semenjak dideklarasikannya sebuah proyek hingga tahap penyelesaian akhirnya;
• Tahap Transition Management – yang merupakan proses pasca proyek dimana hasil atau outcome dari proyek tersebut harus diintegrasikan dengan sistem bisnis secara utuh dalam bentuk manajemen transisi (atau change management); dan
• Tahap Continuous Improvement – yang merupakan mekanisme di dalam perusahaan sebagai komitmen untuk selalu memperbaharui diri ke arah yang lebih baik dalam bentuk perbaikan-perbaikan kinerja yang berkesinambungan.

LANGKAH 5: USE RISK TO DISCOUNT IT BENEFITS
Keberadaan resiko dalam berbagai aktivitas manusia merupakan kenyataan kehidupan yang tidak dapat dihindari. Demikian pula dengan setiap inisiatif pengembangan teknologi informasi pasti akan dibayang-bayangi dengan sejumlah kehadiran sejumlah resiko, baik yang berskala rendah, menengah, dan tinggi. Total manfaat yang diperkirakan akan diperoleh perusahaan harus ”dikurangi” dengan keberadaan resiko tersebut, yang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan.

Tahap pertama adalah dengan melakukan pengukuran terhadap besarnya resiko tersebut. Besar kecilnya resiko biasanya ditentukan oleh sejumlah faktor, seperti: ukuran atau ruang lingkup proyek, tingkat kompleksitas proyek, kesiapan perusahaan untuk berubah, ketersediaan sumber daya manusia dengan kompetensi atau keahlian tertentu, dan lain sebagainya. Biasanya dengan menggunakan teknik scoring maka dapat dilihat seberapa besar resiko yang dihadapi perusahaan terkait dengan inisiatif pengembangan aplikasi teknologi informasi tertentu.

Tahap kedua adalah dengan melakukan perbandingan atau kalkulasi ”pengurangan” antara manfaat yang akan didapat dengan besar kecilnya resiko yang dihadapi tersebut. Untuk mempermudah perhitungan dapat dipergunakan peta matriks 2x2 dimana aspek yang dipergunakan adalah besar kecilnya manfaat yang diperoleh dan besar kecilnya resiko yang dihadapi.

Tahap ketiga adalah menentukan daerah resiko mana saja yang sesuai atau sepadan dengan strategi bisnis perusahaan, sehingga proyek-proyek teknologi informasi yang berada di daerah tersebut sajalah yang akan dikembangkan perusahaan. Misalnya dari matriks yang ada dipilih proyek-proyek yang berada di dalam domain manfaat besar dan resiko kecil serta domain manfaat kecil dan resiko kecil. Namun untuk seorang pimpinan perusahaan yang bersifat risk taker, tidak mustahil berani untuk memilih melakukan proyek dengan kriteria manfaat besar dan resiko kecil.

LANGKAH 6: PUT POST-IMPLEMENTATION REVIEWS TO WORK
Pada hakekatnya, melakukan prosedur langkah 1 sampai dengan langkah 5 di atas merupakan suatu proses pembelajaran yang tidak akan lepas dari sejumlah kesalahan. Oleh karena itulah harus ada mekanisme evaluasi pasca implementasi prosedur tersebut di atas, sehingga metodologi yang dipergunakan dalam menilai manfaat yang diberikan teknologi informasi kepada bisnis dapat senantiasa diperbaiki.