Tentang alat stabilisator turbin uap, saya sudah
mencoba untuk membuat sketsa berdasarkan keterangan dan gambar yang diberikan
oleh Bapak Mulyadi. ( Sketsa belum selesai karena masih ada data yang belum lengkap
). Agar turbin uap dapat bekerja stabil sesuai keinginan, diperlukan alat
tambahan yang untuk mudahnya saya sebut saja STABILISATOR TURBIN UAP. Setelah saya corat-coret, sepertinya terlalu sulit untuk
membuat desain yang full mekanik. Jadi desain yang saya buat menggunakan
beberapa alat kombinasi mekanik-elektronik yang relatif sederhana yang dapat
mendeteksi kecepatan putar dinamo untuk kemudian mengatur bukaan valve secara
otomatis sehingga jumlah uap yang masuk turbin selalu sesuai kebutuhan.
Sebagai gambaran, STABILISATOR ini mempunyai bagian-bagian utama sebagai
berikut :
1. Unit sensor, yang berfungsi untuk mendeteksi kecepatan putar dinamo dan
posisi bukaan valve. Unit sensor ini ada 4 buah yang seluruhnya mekanik
sehingga relatif sederhana, mudah dibuat, dan handal. Karena saya menggunakan
sensor mekanik yang bekerja secara analog, maka perlu ajustment ( penyetelan )
pada saat pertama kali akan dipakai dengan cara trial and error ( coba-coba ).
Sensor kecepatan putar tersebut dapat dibuat dalam bentuk unit alat tersendiri
yang dihubungkan dengan v-belt atau rantai dengan dinamo. Dapat juga dibuat
dalam bentuk ditempelkan langsung pada pulley dinamo dengan menggunakan baut.
Masing-masing pilihan jelas mengandung kelebihan dan kekurangan. Sedangkan
sensor pendeteksi posisi bukaan valve juga menggunakan sistim mekanik yang
relatif sederhana namun akurat dan handal. Selain itu, sebaiknya ada juga
sensor yang mendeteksi jika belt penghubung turbin dengan dinamo putus ( yang
ini tidak wajib ada ). Dengan adanya sensor belt putus tersebut, dimungkinkan
untuk menutup valve secara otomatis sampai turbin berhenti berputar. Dengan
cara tersebut, kemungkinan kerusakan turbin atau kecelakaan dapat dikurangi.
2. Unit kontrol, yang mengolah hasil sensor untuk kemudian menghasilkan
tindakan membuka atau menutup valve dengan menghidup-matikan motor listrik.
Unit kontrol ini menggunakan rangkaian beberapa buah relay dan komponen
elektronik lainnya serta menggunakan arus DC 12 dari adaptor. Hanya relay yang
langsung berhubungan dengan motor listrik saja yang mungkin menggunakan arus
220 volt AC.
3. Motor listrik, yang berfungsi memutar valve membuka dan menutup. Motor
listrik yang digunakan adalah type induksi. Jumlahnya bisa sebuah ( jika 3
phase ) atau 2 buah ( jika 1 phase ). Jika menggunakan motor listrik 3 phase,
arah putaran motor yang akan dibolak-balik oleh unit kontrol, arah tertentu
untuk membuka dan arah sebaliknya untuk menutup. Jika menggunakan motor listrik
1 phase, diperlukan 2 buah motor listrik yang dihubungkan secara paralel dengan
unit pereduksi ( kedua motor saling berlawanan arah ). Motor yang satu untuk
membuka valve sedangkan yang satunya lagi untuk menutup valve. Ukuran ( besar
kecilnya ) motor listrik hendaknya disesuaikan dengan besar kecilnya valve
dengan maksud agar waktu untuk menambah atau mengurangi bukaan relatif cepat
dan motor tahan lama karena tidak kelebihan beban. Untuk motor listrik ini,
lebih bagus jika dipilih yang bekerja pada putaran rendah ( 720 – 1440 rpm ).
4. Unit pereduksi, yang berfungsi mereduksi putaran motor listrik agar
menghasilkan kecepatan putar dan torsi yang sesuai untuk memutar valve. Untuk
mereduksi putaran motor listrik tersebut diperlukan gearbox atau sistim pulley
atau sistim rantai. Masing-masing pilihan juga memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Untuk gearbox pabrikan jelas bagus tapi mahal. Untuk
rangkaian beberapa pulley-belt, sederhana dan murah tapi kurang licin, selip,
dan banyak tenaga motor yang hilang. Untuk rangkaian gear-rantai, murah dan
sederhana, cukup licin, sedikit tenaga motor yang hilang, tapi suaranya sedikit
agak ribut. Pemilihan hendaknya mempertimbangan penguasaan skill teknisi yang
akan membuat / menangani, tingkat kehandalan yang anda inginkan dan biaya yang
tersedia.
5. Controled Valve, merupakan valve yang telah dimodifikasi agar dapat
dibuka-tutup dengan menggunakan rangkaian motor listrik dan pereduksi tersebut
diatas. Controled Valve tersebut musti ditempatkan sesudah valve utama yang
dibuka-tutup secara manual. Jadi uap mengalir dari pipa melalui valve utama
terlebih dulu, baru kemudian melalui controled valve untuk selanjutnya menuju
turbin.
6. Power suply, yang berfungsi menyediakan tenaga listrik untuk STABILISATOR.
Tenaga listrik untuk STABILISATOR dapat diambil langsung dari dinamo. Namun
untuk kehandalan pengendalian secara menyeluruh, sangat disarankan untuk
menggunakan UPS dengan daya yang sesuai dengan motor listrik yang digunakan.
Kelebihan jika menggunakan UPS yaitu STABILISATOR akan menutup valve secara otomatis
sampai turbin benar-benar berhenti berputar jika belt penghubung turbin dengan
dinamo putus. Jika tanpa UPS, maka STABILISATOR akan langsung mati ketika belt
tersebut putus. Hal itu bisa mengakibatkan turbin rusak karena berputar terlalu
cepat dalam waktu yang cukup lama sampai operator menutup valve secara manual.
7. Lampu-lampu Indikator yang menandakan keadaan apa yang sedang terjadi,
putaran normal, atau putaran terlalu cepat, atau putaran terlalu lambat. Jika
menggunakan UPS, dapat juga ditambah dengan alarm yang akan berbunyi jika belt
putus.
Adapun prinsip kerja STABILISATOR adalah sebagai berikut :
1. Jika sensor mendeteksi kecepatan putar dinamo melebihi 1525 rpm ( mungkin
disebabkan oleh berkurangnya beban pemakaian listrik ), maka unit kontrol
secara otomatis akan menghidupkan motor listrik yang akan mengurangi bukaan
valve sampai kecepatan putar kurang dari 1525 rpm
2. Jika sensor mendeteksi kecepatan putar dinamo kurang dari 1475 rpm ( mungkin
disebabkan oleh bertambahnya beban pemakaian listrik ), maka unit kontrol
secara otomatis akan menghidupkan motor listrik yang akan menambah bukaan valve
sampai kecepatan putar lebih dari 1475 rpm
3. Jika sensor mendeteksi belt penghubung turbin dengan dinamo putus, maka unit
kontrol secara otomatis akan menutup valve sampai rapat sehingga turbin akan
berhenti berputar.
Begitulah garis besar kerjanya STABILISATOR yang sedang saya desain. dengan
demikian, maka dapat diharapkan bahwa putaran dinamo akan relatif konstan
berkisar 1500 rpm dengan toleransi perbedaan sekitar 25 rpm ( 1475-1525 rpm ).
Dengan putaran yang relatif konstan demikian, maka tegangan yang dihasilkan
juga akan konstan walaupun terjadi penambahan atau pengurangan beban pemakaian
listrik. Karena kesederhanaannya, STABILISATOR ini saya perkirakan hanya mampu
menangani perubahan beban yang terjadi secara gradual saja layaknya pemakaian
rumah tangga. Untuk perubahan beban yang terjadi secara mendadak seperti yang
lazim terjadi pada tungku pabrik peleburan logam ( furnace ), mungkin STABILISATOR
ini masih kurang responsif. Namun demikian, kecepatan tanggap dari STABILISATOR
ini masih cukup cepat jika dibuat dengan ketelitian tinggi dan dengan material
yang berkuaitas tinggi pula.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, maka supaya proses mendesain lebih cepat
dan lancar saya perlu beberapa informasi sebagai berikut :
1. Model, ukuran, dan cara buka-tutup dari valve yang digunakan. Lebih jelas
lagi jika dikirimkan gambar atau fotonya. Yang paling mudah adalah jika
digunakan valve yang proses buka-tutupnya dengan cara diputar. Jika modelnya
seperti itu, saya perlu data jumlah putaran yang diperlukan untuk membuka valve
dari keadaan tertutup sampai terbuka penuh. Selain itu, saya juga perlu data
jauhnya perubahan posisi pemutar ( jarak pergeseran linier keluar-masukknya
poros pemutar valve ) pada saat terbuka dan pada saat tertutup karena akan
dipasang sensor. Arah putaran juga perlu, apakah buka kanan seperti kran
hidrant-nya orang Australia atau buka kiri seperti kran airnya orang Indonesia.
Perlu juga disertakan data torsi minimal untuk dapat memutar pembuka valve (
newton meter ). Untuk torsi, bisa dites dengan cara memutarnya menggunakan
kunci torsi mulai dari yang torsinya kecil dulu. Cara sederhana lainnya, bisa
menggunakan tuas dan bandul.
2. Apakah diinginkan STABILISATOR yang dapat menutup valve secara otomatis
ketika belt putus ? Fasilitas ini hanya bersifat tambahan namun jika
dikehendaki diperlukan syarat-syarat seperti 2 buah motor listrik 1 phase dan
tambahan UPS.
3. Type pereduksi putaran motor yang akan digunakan, apakah gearbox pabrikan,
atau rangkaian pulley-belt, atau rangkaian gear-rantai. Pemilihan hendaknya
mempertimbangan penguasaan skill teknisi yang akan membuat / menangani, tingkat
kehandalan yang diinginkan, dan ketersediaan material di pasaran.
4. Type motor induksi yang akan digunakan, apakah 3 phase ( 1 motor ) atau 1
phase ( 2 motor ). Jika dinamonya menghasilkan listrik 1 phase saja, otomatis
hanya alternatif kedua yang dapat diambil. Demikian juga jika ingin menggunakan
UPS agar valve dapat secara otomatis menutup ketika belt putus.
Mengenai model turbin uap yang digunakan, terus terang saya tidak banyak tahu
dan belum ada pengalaman lapangan sama sekali tentang hal tersebut. Menurut
kajian saya, untuk mengatasi masalah endapan karbonat dan silika dapat
dilakukan beberapa upaya berikut :
1. Memilih jenis turbin yang memiliki jarak sudu tidak terlalu rapat dengan
harapan tidak mudah terganjal endapan. Endapan yang terbentuk juga mudah
dibersihkan. Pemilihan turbin jenis tersbut mungkin sedikit mengorbankan
efisiensi.
2. Memilih jenis turbin yang sama sekali baru yang diyakini nyaris tidak
terpengaruh oleh endapan. Mungkin turbin yang cara kerjanya mirip dengan
sprinkler layak untuk dicoba. Tentu saja jumlah lengannya harus banyak agar
torsinya cukup besar. Mungkin yang bagus lengannya bebentuk melengkung. Agar
memiliki kecepatan putar ( rpm ) yang cukup, lengannya jangan juga terlalu
panjang. Hali itu berdasarkan hukum alam yang berlaku pada turbin sperti
sprinkler bahwa kecepatan putar berbanding terbalik dengan panjang lengan,
sedangkan torsi berbanding lurus dengan panjang lengan. Untuk menambah torsi,
bisa dibuat beberapa lapis barisan lengan yang berjajar memanjang. Efisiensi
turbin jenis ini mungkin tidak sebaik yang jenis standar.
3. Membuat 3 turbin atau lebih yang bekerja secara shift ( bergiliran ). Dari 3
turbin tersebut, hanya dua turbin yang rutin digunakan dan akan bergantian
secara otomatis setiap 8 jam. Turbin yang ketiga merupakan spare yang akan
digunakan ketika ada salah satu turbin yang rusak dan perlu overhaul. Perawatan
rutin dan pembersihan endapan dapat dilakukan pada saat turbin yang
bersangkutan tidak terpakai. Alternatif ini perlu biaya ekstra tapi kehandalan
sistem lebih terjamin sehingga sangat disarankan untuk dilakukan jika listrik
yang dihasilkan akan dipakai masyarakat luas yang pasti tidak senang jika
listrik sering padam dengan alasan perbaikan sekalipun. Kalau tidak bisa 3
turbin, ya sekurang-kurang musti 2 turbin.
4. Melapisi permukaan seluruh permukaan pipa dan turbin yang kontak langsung
dengan uap menggunakan bahan anti lengket misalnya teflon seperti yang
digunakan untuk melapisi alat-alat dapur. Dengan cara ini, endapan yang timbul
sulit untuk menempel di permukaan sehingga kemungkinan besar akan dikeluarkan
bersama hembusan uap air. Namun cara ini cukup mahal meskipun telah ada
perusahaan lokal yang melayani jasa coating tersebut.
5. Membungkus seluruh pipa uap dan bagian luar turbin dengan bahan isolator
panas seperti glasswool, stirofoam, dsb. Dengan cara ini, temperatur dan
tekanan uap dapat dipertahankan sehingga akan mengurangi jumlah endapan/kerak
yang timbul.
Demikian sumbang saran sementara dari saya, sambil menunggu kelengkapan data
dan informasi selanjutnya. Jika data dan informasi sudah lengkap, maka gambar
bisa segera saya selesaikan dan saya akan posting secepatnya.Terimakasih dan
salam eksperimen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar