Pengenalan
Alat Laboratorium
Pemisahan suatu senyawa dari campurannya
atau lebih dikenal dengan istilah pemurnian dapat dilakukan dengan berbagai
metoda. Metoda yang dapat ditempuh adalah metoda ekstraksi, distilasi, atau
dengan kromatografi.
Ektraksi merupakan salah satu langkah
untuk mendapatkan senyawa dari sistem campuran. Berdasarkan fasanya, ektraksi
dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair
dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan
pelarut lain yang fasanya cair juga. Prinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan
senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang berbeda. Alat
yang digunakan adalah corong pisah.
Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin
memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut
cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak
minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah
menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat (a). sampel yang
telah dibungkus dengan kertas saring ditempatkan pada tabung ektraktor (b).
Bagian ujung atas (c) merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola.
Ekstraktor soxhlet ini merupakan ektraktor kontinyu, pelarut pada labu (a)
dipanaskan dan akan menguap, terkondensasi pada pendingin (c), selanjutnya pelarut
akan masuk pada ektraktor (c). Apabila pelarut telah mencapai batas atas
kapiler pelarut yang telah kontak dengan sampel akan masuk pada labu (a).
Begitu seterusnya.
2. Alat untuk distilasi (distiler)
Distilasi adalah metode pemisahan
berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen yang ada di dalam campuran.
Distilasi biasa dilakukan untuk pemisahan campuran yang memiliki perbedaan
titik didih yang cukup besar. Sedangkan distilasi uap dilakukan untuk pemisahan
campuran yang memiliki perbedaan tekanan uap jenuh yang cukup antara
komponen-komponen yang ada pada campuran. Pada distilasi uap, uap yang
digunakan biasanya berupa uap air. Selain
itu distilasi juga dapat dilakukan pada tekanan di bawah tekanan atmosfer.
Metode ini dikenal sebagai distilasi pengurangan tekanan. Distilasi pengurangan
tekanan dilakukan apabila komponen akan mengalami dekomposisi pada titik
didihnya. Bila selisih titik didih komponen-komponen yang ada pada campuran
kecil maka komponen alat distilasi ditambah dengan kolom vigreux.
3. Alat untuk reflux
Reaksi kimia kadang dapat berlangsung sempurna pada suhu di atas suhu kamar
atau pada titik didih pelarut yang digunakan pada sistem reaksi. Salah satu
alat yang dapat digunakan untuk reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi
adalah seperangkat alat refluks. Beberapa alat refluks ditampilkan pada gambar
di samping. Ada beberapa tipe alat refluks.
Alat refluks paling sederhana [1] dilengkapi dengan labu alas bulat (a) dan
pendingin Liebig (b), [2] seperangkat alat refluks dilengkapi dengan labu alas
bulat (a), pendingin Liebig (b) dan corong pisah (c), [3] seperangkat alat
refluks dilengkapi dengan labu alas bulat (a), pendingin Liebig (b), corong
pisah (c), dan pengaduk atau termometer (d).
4. Penyaring buchner
Penyaring Buchner digunakan untuk proses penyaringan yang tidak dapat
dilakukan dengan penyaring biasa. Penyaringan biasa dilakukan dengan
memanfaatkan gaya grafitasi, sedangkan pada penyaring buchner, filtrat
dipisahkan dari sistem campuran dengan cara disedot atau divakum.
5. Tabung pengembang (chamber)
Alat gelas ini digunakan pada percobaan kromatografi lapis tipis (KLT).
Digunakan untuk tempat eluen (larutan pengembang) dan plat KLT yang telah
dibubuhi (ditotol) sampel atau standar.
Pengenalan alat gelas
Sebelum mulai
melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara
penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia
serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan pada Praktikum
Kimia Dasar. Gambar 1 menunjukkan contoh peralatan gelas laboratorium.
1. Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses
preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia
bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut
dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup
besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan
kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan
reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir
cairan dalam proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan
untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic.
Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah
dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. dan 8. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas
tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi.
Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.
9. dan 10. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas.
Dapat dipanaskan. Digunakan
untuk mereaksikan zat zat kimia dalam jumlah sedikit.
11. Kuvet
Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan
sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh
dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.
12. dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan
tabung reaksi.
14. Kaca
Preparat
15.
Kawat Kasa
Terbuat dari
bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas
dengan alat
pemanas/kompor listrik.
16. dan
22. Penjepit
Penjepit logam,
digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu
mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.
17.
Spatula
Terbuat dari
bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal.
18.
Kertas Lakmus
Merupakan
indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru.
Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein
(PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau
mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
19. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan
ditimbang.
20. Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan
dengan pemanasan.
21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes)
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam
jumlah yang kecil.
23 dan 24. Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
25. Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti
gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot
larutan, jangan dihisap dengan mulut.
26. Pipet Gondok
Pipet ini
berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan
volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung
(gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk
menyedot larutan.
27. Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dank ran. Digunakan
untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran)
ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran.
Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
Pengenalan
bahan kimia
Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum
bekerja di laboratorium. Sifat-sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat
dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui
internet. Pada tabel berikut disajikan sifat bahaya bahan berdasarkan kode
gambar yang ada pada kemasan bahan kimia. Peraturan pada pengepakan dan
pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan
tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous
chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).
Bahan berdasarkan fasa :
- Padat
- Cair
- gas
Bahan berdasarkan kualitas
- teknis
- special grade : pro analyses (pa)
- special grade : material referrences
Pengenalan Simbol Bahaya (Hazard Symbol)
- Harmful (Berbahaya).
Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar
pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia
mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit,
dihirup atau ditelan.
- Toxic (beracun)
Produk ini dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.
- Corrosive (korosif)
Produk ini dapat merusak jaringan hidup,
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit
mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.
- Flammable (Mudah terbakar)
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah
dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk
menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida
metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan
bunga api listrik, dan lain-lain.
- Explosive (mudah meledak)
Produk ini dapat meledak dengan adanya
panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk
garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)
- Oxidator (Pengoksidasi)
Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas
pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor)
PANDUAN UMUM
KESELAMATAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN LABORATORIUM
KESELAMATAN
Pada
prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh
praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian,
kepatuhan setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat
membantu mewujudkan praktikum yang aman.
BAHAYA
LISTRIK
• Perhatikan
dan pelajari tempat‐tempat sumber listrik (stop‐kontak
dan circuit breaker) dan cara menyala‐matikannya.
Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada
asisten
• Hindari
daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/
strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala‐jala
yang terkelupas dll.
• Tidak
melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau
orang lain
• Keringkan
bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu
• Selalu
waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum
Kecelakaan
akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah hal‐hal
yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
• Jangan panik
• Matikan semua
peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing‐masing
dan di meja praktikan yang tersengat arus listrik
• Bantu
praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber listrik
• Beritahukan
dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang
terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik
BAHAYA API
ATAU PANAS BERLEBIH
• Jangan
membawa benda‐benda mudah terbakar (korek api, gas dll.)
ke dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum
• Jangan
melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas yang
berlebihan
• Jangan
melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih pada
diri sendiri atau orang lain
• Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih
pada setiap aktivitas praktikum
Berikut ini adalah hal‐hal yang harus diikuti
praktikan jika menghadapi bahaya api atau panas berlebih:
• Jangan panik
• Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain
dan orang di sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau panas berlebih
• Matikan semua
peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing‐masing
• Menjauh dari
ruang praktikum
BAHAYA BENDA
TAJAM DAN LOGAM
• Dilarang
membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum bila
tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan
• Dilarang memakai
perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung, gelang dll.
• Hindari
daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai
• Tidak
melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain
LAINLAIN
• Dilarang membawa
makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum
PENGGUNAAN
PERALATAN PRAKTIKUM
Berikut ini
adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat‐alat
praktikum:
• Sebelum
menggunakan alat‐alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan
alat itu. Petunjuk penggunaan beberapa alat dapat didownload di
http://labdasar.ee.itb.ac.id
• Perhatikan
dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat
• Pahami fungsi
atau peruntukan alat‐alat praktikum dan gunakanlah alat‐alat
tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya.
Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan
kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan
• Pahami rating
dan jangkauan kerja alat‐alat praktikum dan gunakanlah alat‐alat
tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat
praktikum di luar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan
kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan
• Pastikan
seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam tajam, api/
panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat
tersebut
• Tidak
melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau
sejenisnya pada badan alat‐alat praktikum yang digunakan
SANKSI
Pengabaian uraian panduan di atas
dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah praktikum yang bersangkutan.
Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana
mahasiswa, dosen, peneliti dsb melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan
menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak
tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan
kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang
disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap
individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun
petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum,
namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan
kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium.
_Sebab-Sebab Kecelakaan_
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan
terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian
sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan.
Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam
melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal
tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi
kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap laboran.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan laboran, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti jas praktikum dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan alat praktikum tanpa izin asisten, tidak mematuhi prosedur,dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan laboran, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti jas praktikum dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan alat praktikum tanpa izin asisten, tidak mematuhi prosedur,dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.
_Analisa_
Seorang teknisi terlatih akan keselamatan
kerjanya dapat mencegah jumlah kecelakaan melalui analisa setiap pekerjaan pada
laboratorium dari setiap peraturan keselamatan. Tentu saja, metoda analisa juga
harus memperhatikan tanda-tanda keselamatan laboran yang mereka pelajari untuk
tujuan perencanaan proses dan ekonomis.
Di dalam menganalisa pekerjaan seorang laboran, teknisi keselamatan dapat mengantisipasi kemungkinan kesukaran dan ketergantungan di dalam bekerja. Sebagai contoh, jika analisanya dapat berjalan dengan lancar untuk menjalankan roda gigi dan memakai tangannya tanpa kesukaran, menunjukkan bahwa ia mampu mengoperasikan alat praktikum dengan baik.
Dengan cara yang sama bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap elemen-elemennya untuk menganalisa gerak individu dan waktu masing-masing, atau dengan cara yang sama menyelidiki analisa seperti aspek-aspek suatu tingkatan pekerjaan, tanggung jawab dan juga pelatihan, analisa keselamatan juga melihat tugas dari seorang operator untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Sebelum menyelesaikan suatu studi kasus, analisa keselamatan harus bisa menentukan tujuan setiap pekerjaan. Jika fakta-fakta tersebut ditentukan sebelumnya, seleksi dan penempatan, kedua laboratorium dan laboran mendapatkan keuntungan.
Di dalam menganalisa pekerjaan seorang laboran, teknisi keselamatan dapat mengantisipasi kemungkinan kesukaran dan ketergantungan di dalam bekerja. Sebagai contoh, jika analisanya dapat berjalan dengan lancar untuk menjalankan roda gigi dan memakai tangannya tanpa kesukaran, menunjukkan bahwa ia mampu mengoperasikan alat praktikum dengan baik.
Dengan cara yang sama bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap elemen-elemennya untuk menganalisa gerak individu dan waktu masing-masing, atau dengan cara yang sama menyelidiki analisa seperti aspek-aspek suatu tingkatan pekerjaan, tanggung jawab dan juga pelatihan, analisa keselamatan juga melihat tugas dari seorang operator untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Sebelum menyelesaikan suatu studi kasus, analisa keselamatan harus bisa menentukan tujuan setiap pekerjaan. Jika fakta-fakta tersebut ditentukan sebelumnya, seleksi dan penempatan, kedua laboratorium dan laboran mendapatkan keuntungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar