Cara Penanganan Gas Beracun
Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk kelompok bahan kimia yang berstruktur mirip dan memiliki mekanisma reaksi yang sama, yaitu kelompok polychloro dibenzo dioxin (PCDD) dan kelompok polychloro dibenzo furan (PCDF). Dioksin ini timbul sebagai produk sampingan dari berbagai proses industri yang melibatkan klorin seperti pada pabrik pestisida, pulp, kertas, plastik dll. Dioksin dikenal sebagai senyawa yang sangat beracun dan penyebab pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya. Hal ini dikarenakan, di samping toksik, senyawa ini sangat stabil (tahan terhadap proses perusakan secara alamiah selama berpuluh-puluh tahun) dan bersifat bioakumulatif (terakumulasi secara biologi melalui rantai makanan). Dalam jumlah sedikit saja dioksin ini bisa menimbulkan berbagai efek negatif seperti gangguan pada sistem reproduksi, sistem kekebalan, dan gangguan hormonal. Sementara dalam jumlah besar ia bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Karena sifatnya yang berbahaya ini, berbagai upaya tengah dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya kontaminasi dioksin.Agar Gas Beracun Cepat Terdeteksi
Kebocoran gas di sebuah pabrik bisa berakibat fatal. Tim dari Universitas Indonesia mengembangkan robot yang dilengkapi dengan sensor-sensor untuk mendeteksi keberadaan gas beracun.Ada empat sensor utama yang dimiliki oleh tiap robot. Pertama, sensor ultrasonik untuk mendeteksi objek di sekitarnya dan menghindari tumbukan saat robot bergerak. Sensor kompas juga ada di setiap robot agar dia mengetahui arah gerakan angin yang memengaruhi pergerakan gas. Yang ketiga ialah sensor odor atau sensor bau, yakni sensor yang menjadi inti dari robot ini. Pada setiap robot, pengenal bau gas dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. Saat pengembangan, tim menggunakan gas etanol.
Robot juga dilengkapi dengan sensor logam, yang bisa diaplikasikan untuk mendeteksi bom yang terbuat dari logam tertentu. Pilihan ini sifatnya alternatif dan bisa dilepas jika tidak dibutuhkan. Yang keempat, robot juga memiliki sensor posisi untuk mengetahui posisinya sendiri dan posisi kawan-kawannya.
Pada kenyataannya, perubahan arah angin dapat membelokkan aliran gas. Ditambah lagi, area pabrik yang luas. Robot tunggal pasti akan kewalahan. Namun jika robot tunggal itu diberi teman untuk bekerja sama mendeteksi gas beracun, kinerja robot lebih optimal.
Dalam satu area, sejumlah robot pendeteksi bau akan berpatroli bersama. Tiap robot akan bergerak secara individu tanpa terikat satu sama lain. Namun mereka akan saling berkomunikasi saat salah satu robot mendeteksi tingkat kepekatan gas yang lebih tinggi daripada yang lain.
"Untuk sistem pendeteksi kepekatan, tiap robot memiliki dua sistem. Satu untuk mendeteksi kepekatan gas yang didapatkan oleh sang robot itu sendiri, dan satu sistem untuk menangkap informasi dari kawannya yang memiliki kepekatan gas paling tinggi. Robot pendeteksi bau ini akan bergerak secara otomatis mendekati robot lain yang memberikan laporan tingkat kepekaan gas yang tertinggi. Bila arah angin berubah dan menggeser pergerakan gas, robot-robot itu pun berubah arah.
Jadi, ketika kadar gas di lapangan melebihi ambang batas aman terdeteksi robot, maka secara otomatis data itu akan dikirim ke sistem pengawas pusat. Wujud sistem pengawas itu berupa sebuah program yang bisa diaplikasikan dalam perangkat komputer, serupa dengan program admin untuk mengawasi penggunaan internet dalam satu jaringan.
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh robot ini adalah sifat sosialnya. Jadi robot bisa bekerja dalam kelompok dan berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi antar robot itu diharapkan menjadi solusi bagi area luas sehingga sumber kebocoran gas dapat dideteksi lebih cepat.
Pertolongan Korban
Apabila di suatu indutri terdapat pekerja yang menjadi korban terkena bahan beracun, maka perlu segera dilakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), yang secara garis besar sebagai berikut:
1. Apabila bahan beracun terhirup maka korban segera dibawa ke lingkungan yang berudara bersih.
2. Apabilan bahan beracun masuk ke dalam mata maka mata korban segera dicuci dengan air bersih yang mengalir secara terus menerus selama 5 – 10 menit.
3. Meminumkan karbon aktif kepada korban untuk menurunkan konsentrasi zat beracun dengan cara adsorpsi.
4. Meminumkan air bersih kepada korban untuk pengenceran racun.
5. Meminumkan susu kepada korban untuk menetralkan dan mengadsorpsi asam atau basa kuat dan fenol.
6. Untuk memperlambat atau mengurangi pemasukan racun maka dapat diberikan garam laksansia (hanya boleh dilakukan oleh paramedis) yang akan merangsang peristaltik dari seluruh saluran pencernakan sebagai efek osmotik akan memperlambat absorpsi air dan membuat racun terencerkan.
7. Jika keracunan sudah agak lama maka korban dibuat muntah untuk mengosongkan lambung, dengan pemberian larutan NaCl (garam dapur) hangat. Tetapi hal ini tidak diperbolehkan untuk korban yang masih pingsan atau keracunan deterjen, bensin, BTX (benzene, toluene, xylene), CCl4.
8. Korban segera dibawa ke klinik kesehatan.
Dengan lebih mewaspadai bahaya bahan beracun yang ada di sekitarnya, diharapkan para pekerja dapat terhindar dari bahaya keracunan bahan beracun tersebut. Dan dengan mengetahui langkah pertolongan pertama pada kecelakaan diharapkan korban yang terkena bahan beracun dapat diselamatkan dari bahaya yang tidak diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar