Kebisingan (Noise)
Seringkali
kita mengeluh dikarenakan suara gaduh atau berisik yang terjadi di sekitar
kita. Suara-suara berisik itu sering disebut sebagai bising. Bising adalah
suara-suara yang tidak diinginkan oleh telinga. Beberapa sumber suara tersebut
adalah:
- Suara
mesin, contohnya: mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset, mesin
diesel dan sebagainya.
- Benturan
antara alat kerja dan benda kerja, contohnya: proses menggerinda permukaan
logam/metal, memalu (hammering), pemotongan logam (metal cutting), dan
lain-lain.
- Aliran
material, contoh: aliran gas, air atau material-material cair dalam pipa
distribusi di tempat kerja, aliran material padat seperti batu , kerikil,
dan lain-lain.
d. Manusia
1. Kebisingan
Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu/tidak diinginkan secara:
a. Fisik
(menyakitkan telinga pekerja).
b.
Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi)
Saat situasi tersebut terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan identitas suara berubah menjadi kebisingan (noise). Kebisingan di tempat kerja menjadi bahaya kerja bagi sistem penginderaan manusia, dalam hal ini bagi sistem pendengaran (hearing loss).
Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety & Health (NIOSH) telah mendefinisikan status suara/kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu:
a.
Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA.
b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam (maksimum 85 dBA as an 8-hr TWA, dibaca 85 decibels, A-weighted, as an 8 hours-Time weighted average yang ditetapkan oleh NIOSH sebagai Recommended Exposure Limit, REL)
Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-steady noise).
Kebisingan tetap (steady noise) dipisahakan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise).
b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam (maksimum 85 dBA as an 8-hr TWA, dibaca 85 decibels, A-weighted, as an 8 hours-Time weighted average yang ditetapkan oleh NIOSH sebagai Recommended Exposure Limit, REL)
Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-steady noise).
Kebisingan tetap (steady noise) dipisahakan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise).
Kebisingan
ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam, contohnya suara
mesin, suara kipas, dan sebagainya.
b.
Broad Band Noise
Kebisingan
dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan
sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah broad band
terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni). Contoh : suara
gergaji.
Sementara itu, kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi:
a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)
Kebisingan
yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu. Contoh : mesin tempa.
b. Intermittent noise
b. Intermittent noise
Kebisingan
yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu
lintas.
c.
Impulsive noise
Kebisingan
impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga)
dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat
sejenisnya.
2. Decibel
2. Decibel
Decibel
(dB) adalah kwantitas logaritmis yang dipakai sebagai unit-unit tingkat tekanan
suara berbobot A. Ini dilakukan untuk dua alasan: pertama, untuk
menyederhanakan plot-plot multipel, kedua untuk secara kira-kira
menyebandingkan kwantitas logaritmik dari stimulus untuk stimulus akustik yang
diterima telinga manusia dari luar. Untuk menilai kebisingan, perlu untuk
menghitung tambahnya atau kurangnya tingkat tekanan suara berbobot A
rata-ratanya dan sebagainya. Dan ini memerlukan pengetahuan dasar tentang
perhitungan logaritma.
3. Sumber Kebisingan
Di
tempat kerja, disadari atau tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa
perusahaan beserta aktivitasnya ikut menciptakan atau menambah tingkat
kebisingan di tempat kerja, misalnya:
a.
Mengoperasikan mesin-mesin produksi ”ribut” yang sudah cukup tua.
b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.
b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.
c.
Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya, misalnya
mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan parah.
d. Melakukan modifikasi/perubahan/penggantian secara parsial pada komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen tiruan.
d. Melakukan modifikasi/perubahan/penggantian secara parsial pada komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen tiruan.
e.
Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik
atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad
connection).
f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai fungsinya, misalnya penggunaan palu untuk membengkokkan benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut.
4.Alat Pengukur Kebisingan
f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai fungsinya, misalnya penggunaan palu untuk membengkokkan benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut.
4.Alat Pengukur Kebisingan
Alat pengukur tingkat kebisingan yang saat ini beredar di pasaran adalah Sound
Level Meter dan Noise Dosimeter.
Kebisingan di tempat kerja seringkali merupakan problem
tersendiri bagi tenaga kerja. Umumnya berasal dari mesin kerja, genset serta
berbagai peralatan yang bergerak dan kontak dengan logam, kompressor dan
sebagainya. Sayangnya banyak tenaga kerja yang terbiasa dengan kebisingan
tersebut, meskipun tidak mengeluh tetapi gangguan kesehatan akibat suara bising
tetap terjadi. Efek kebisingan terhadap kesehatan tergantung dari: intensitas,
frekuensi, kontinuitas, dan variasi waktu paparan.
Ada
beberapa cara sederhana untuk menentukan bahwa tingkat suara di tempat kerja
terlalu keras yaitu :
- Apabila anda harus berteriak atau
berbicara keras dari jarak rentangan tangan untuk dapat dimengerti oleh
lawan bicara.
- Apabila
telinga anda berdengung, jika anda meninggalkan lokasi kerja.
- Apabila
anda merasa kesulitan menangkap pembicaraan biasa setelah bekerja.
- Apabila
anda merasa pusing atau mengantuk akibat kebisingan .
- Apabila
setelah diperiksa oleh dokter dan ternyata anda memiliki gangguan
pendengaran seperti yang dialami oleh rekan kerja anda dalam satu unit.
Kebisingan dengan intensitas tinggi
akan merusak sel rambut di bagian dalam telinga dan mengurangi kemampuan
telinga untuk mendengar dan menghantarkan informasi ke otak. Apabila sel rambut
ini rusak, tidak dapat diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi
akan permanen. Gangguan lain yang dapat diakibatkan oleh bising diantaranya:
pusing, mengantuk, tekanan darah tinggi, stres emosional yang dapat diikuti
gangguan pada saluran pencernaan, sulit tidur dan sakit jantung, kehilangan
konsentrasi, sampai disfungsi seksual.
Untuk mencegah penyakit akibat kerja karena kebisingan, tingkat kebisingan harus dikurangi, antara lain dengan upaya-upaya :
Untuk mencegah penyakit akibat kerja karena kebisingan, tingkat kebisingan harus dikurangi, antara lain dengan upaya-upaya :
- Mendesain
kembali peralatan, untuk mengurangi kecepatan dan benturan dari bagian
yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan pembuangan,
mengganti peralatan yang telah lama dengan yang baru.
- Merawat
peralatan, dengan mengganti yang telah aus serta memberikan pelumas pada
semua bagian yang bergerak.
- Mengisolasi
peralatan, dengan mejauhkannya dari pekerja.
- Memasang
peredam getaran, dengan menggunakan bantalan karet, agar bunyi yang
ditimbulkan oleh getaran dapat dikurangi.
Terhadap pekerjanya sendiri, dapat
dilakukan upaya-upaya:
- Menggunakan
penyumbat dan pelindung telinga. Dengan cara ini kebisingan tetap ada
karena hanya mengurangi jumlah suara yang masuk ke telinga.
- Sebaiknya pekerja yang bekerja di tempat dengan kebisingan tinggi digilir, sehingga bukan hanya pekerja tertentu saja yang bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar